KITAB SHALAT JUMAT
Kitab Shalat Jumat
Bab Ke-1:
Fardhunya Shalat Jumat Berdasarkan Firman Allah, "Apabila diseru untuk
menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah
dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui." (al Jumu'ah: 9)
467. Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Kami adalah orang-orang kemudian
yang mendahului pada hari kiamat. Hanya saja mereka (dan dalam satu riwayat:
hanya saja setiap umat 4/153) diberi kitab sebelum kita (dan kita diberinya
sesudah mereka 1/216). Kemudian hari mereka ini yang telah difardhukan oleh
Allah telah diperselisihkan mereka. Maka, Allah memberi petunjuk kepada kita.
Lantas orang-orang mengikuti kita mengenai hari itu, orang-orang Yahudi besoknya
(hari Sabtu), dan orang-orang Nasrani besok lusa (hari Ahad)." (Lalu beliau
diam, kemudian bersabda, "Karena Allah ta'ala[1], wajib atas setiap muslim mandi sekali
dalam seminggu, dengan mencuci kepalanya dan seluruh tubuhnya." 1/216).
Bab Ke-2:
Keutamaan Mandi Pada Hari Jumat, dan Apakah Anak-Anak atau Wanita Wajib
Menghadiri Shalat Jumat?
468. Abdullah bin
Umar r.a. berkata (dan dari jalan lain darinya, berkata, "Saya mendengar 1/215)
Rasulullah (berkhutbah di atas mimbar, lalu 1/220) bersabda, "Jika seseorang
dari kamu mendatangi shalat Jumat, maka hendaklah ia mandi."
469. Ibnu Umar r.a.
mengatakan bahwa Umar ibnul-Khaththab ketika sedang berdiri khutbah Jumat
tiba-tiba masuklah seorang laki-laki dari golongan kaum Muhajirin Awwalin[2] (yakni orang-orang
yang ikut berpindah dari Mekah ke Madinah dan yang terdahulu masuk Islam) dari
sahabat Nabi saw.. Lalu, Umar berseru kepadanya, "Saat apakah ini?" Orang itu
menjawab, "Aku disibukkan oleh suatu hal, maka tiada kesempatan bagiku untuk
pulang kepada keluargaku, sehingga aku mendengar suara azan. Oleh sebab itu, aku
tidak dapat berbuat lebih dari pada berwudhu saja." Umar berkata, "Juga hanya
berwudhu saja, padahal Anda tentu mengetahui bahwa Rasulullah menyuruh
mandi?"
Bab Ke-3 : Mengenakan Wangi-wangian untuk Mendatangi Shalat Jumat
470. Amr bin Sulaim
al-Anshari berkata, "Aku bersaksi kepada Abu Sa'id, ia berkata, 'Saya bersaksi
atas Rasulullah, beliau bersabda, 'Mandi pada hari Jumat itu wajib atas setiap
orang yang sudah balig (dewasa),[3] menggosok gigi, dan memakai minyak wangi jika ada.'"
Amr berkata, "Adapun mandi, maka saya bersaksi bahwa ia adalah wajib. Sedangkan,
menggosok gigi dan mengenakan wewangian, maka Allah lebih tahu apakah ia wajib
atau tidak. Akan tetapi, demikianlah di dalam hadits."
Bab Ke-4: Keutamaan Shalat Jumat
471. Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang mandi Jumat seperti
mandi junub kemudian berangkat (ke masjid), maka seolah-olah ia berkurban unta.
Barangsiapa yang berangkat pada saat yang kedua, maka seolah-olah ia berkurban
lembu. Barangsiapa yang berangkat pada saat ketiga, maka seolah-olah ia
berkurban kibas yang bertanduk. Barangsiapa yang berangkat pada saat yang
keempat, maka seolah-olah ia berkurban ayam. Dan, barangsiapa yang berangkat
pada saat kelima, maka seolah-olah ia berkurban telur. Apabila imam keluar (naik
mimbar), maka para malaikat mendengarkan khutbah."
Bab Ke-5
472. Abu Hurairah
mengatakan bahwa ketika Umar berkhutbah pada hari Jumat, tiba-tiba ada seorang
laki-laki[4]
masuk masjid. Lalu, Umar berkata, "Mengapa Anda tertahan (yakni tidak datang
pada awal waktu shalat Jumat)?" Orang itu menjawab, "Aku ini tidak lain
mendengarkan seruan azan, lalu aku berwudhu." Umar berkata, "Apakah Anda tidak
mendengar Nabi bersabda, 'Jika seorang dari kamu hendak berangkat ke shalat
Jumat, maka hendaklah ia mandi?'"
Bab Ke-6: Memakai Minyak Wangi untuk Mendatangi Shalat Jumat
473. Salman al
Farisi berkata, "Rasulullah bersabda, 'Seseorang yang mandi pada hari Jumat,
bersuci menurut kemampuannya, memakai minyak rambutnya atau memakai minyak harum
keluarganya, kemudian keluar (dalam satu riwayat pergi 1/218) serta tidak
memisahkan antara dua orang yang duduk, lantas ia shalat sebanyak yang dapat ia
kerjakan, kemudian diam apabila imam berkhutbah; sungguh ia diampuni dosanya
antara Jumat yang satu dan Jumat yang lain.'"
Bab Ke-7: Mengenakan Sebagus-bagus Pakaian yang Ditemukan atau yang Dimiliki
474. Thawus berkata, "Aku berkata kepada Ibnu Abbas, 'Orang-orang menceritakan bahwa Nabi bersabda, 'Mandilah pada hari Jumat dan cucilah kepalamu, meskipun kamu tidak junub, dan pakailah minyak wangi.' Ibnu Abbas berkata, 'Adapun mandi memang ya, sedang minyak wangi saya tidak tahu. (Dan dalam satu nwayat: "Saya bertanya kepada Ibnu Abbas, "Apakah seseorang harus memakai wangi-wangian jika terdapat wewangian pada keluarganya?' Ia menjawab, 'Saya tidak tahu.')
475. Abdullah bin
Umar mengatakan bahwa Umar ibnul-Khaththab melihat pakaian dari sutra (dan dari
jalan lain: jubah dari sutra [pada seseorang 3/142] yang dijual di pasar 2/2) di
sebelah pintu masjid. (Yahya bin Abu Ishaq berkata, "Salaim bin Abdullah
bertanya kepadaku, 'Apakah istibraq itu?' Saya jawab, 'Sutra tebal,
termasuk juga yang kasar.' 7/92). Lalu, Umar mengambilnya dan membawanya kepada
Rasulullah. Kemudian ia berkata, "Wahai Rasulullah, alangkah baiknya seandainya
engkau beli kain ini lalu engkau kenakan pada hari Jumat dan apabila ada dua
utusan datang kepada engkau." (Dalam riwayat lain: "Belilah ini, untuk engkau
berhias dengannya pada hari raya dan ketika menghadapi utusan apabila mereka
datang kepadamu.") Beliau bersabda, "Yang mengenakan pakaian ini hanyalah orang
yang tidak mendapatkan bagian di akhirat." Lalu Umar terdiam beberapa lama.
Kemudian datanglah kepada Rasulullah yang sebagian pakaian darinya, kemudian
beliau memberikan (dalam satu riwayat: mengirimkan kepada 4/32) Umar ibnul
Khaththab r.a. sehelai pakaian (dari sutra 7/46). (Dan dalam riwayat lain: jubah
sutra). Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullah, (apakah 3/140) engkau mau
mengenakannya kepadaku padahal engkau telah bersabda tentang pakaian
utharid 'kain sutra' sebagaimana yang telah engkau sabdakan?" Rasulullah
bersabda, "Aku memberikan kepadamu bukan untuk kamu pakai. Aku kirimkan pakaian
itu kepadamu agar engkau menikmatinya, yakni engkau jual (3/16-17) atau engkau
pergunakan untuk memenuhi kebutuhanmu." Lalu Umar memakaikan kain itu kepada
saudaranya di Mekah, seorang musyrik. (Dan dalam satu riwayat: lalu Umar
mengirimkannya kepada saudaranya di Mekah sebelum dia masuk Islam. 3/142)." Maka
Ibnu Umar tidak menyukai pakaian yang glamour karena hadits ini.
Bab Ke-8: Bersiwak Pada Hari Jumat
Abu Sa'id berkata
tentang Nabi saw., "Beliau menggosok gigi."[6]
476. Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Seandainya tidak akan memberatkan
umatku atau manusia, niscaya kuperintahkan mereka memakai siwak (menggosok gigi)
pada setiap kali hendak melakukan shalat."
477. Anas berkata,
"Rasulullah bersabda, 'Aku banyak berpesan kepadamu supaya bersiwak.'"
Bab Ke-9: Orang yang Bersiwak dengan Menggunakan Siwak Orang Lain
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya hadits Aisyah yang
tercantum pada akhir '64 - AL-MAGHAZI'.")
Bab Ke-10: Yang Dibaca Sesudah Al-Faatihah dalam Shalat Subuh Pada Hari Jumat
478. Abu Hurairah
r.a. berkata, "Rasulullah selalu membaca Alif Lam Mim Tanzil as-Sajdah
dan Hal Ataa 'alal Insan pada (shalat) subuh pada hari Jumat."
Bab Ke-11: Shalat Jumat di Desa atau di Kota
479. Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya pertama-tama shalat Jumat yang dilakukan sesudah di masjid Rasulullah ialah di masjid milik kabilah Abdul Qais di desa Juwatsa yang termasuk kawasan Bahrain."
Yunus berkata, "Zuraiq bin Hukaim menulis surat kepada Ibnu Syihab dan pada hari itu saya bersamanya di Wadil Qura. (Isi suratnya ialah), 'Bagaimanakah pendapat Anda seandainya saya melaksanakan shalat Jumat, sedangkan Zuraiq tetap bekerja di ladang yang digarapnya bersama sejumlah orang berkulit hitam dan lainnya?' Pada waktu itu Zuraiq berada di Ailah (bukit di antara Mekah dan Madinah). Lalu Ibnu Syihab menulis surat balasan. Saya mendengar dia menyuruhnya melaksanakan shalat Jumat seraya memberitahukan kepadanya bahwa Salim memberitahukan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah bersabda, 'Masing-masing dari kamu adalah pemimpin dan masing-masing dari kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Imam itu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban akan kepemimpinannya. Seorang laki-laki pemimpin terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban akan kepemimpinannya. Wanita itu pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban akan kepemimpinannya. Pelayan itu pemimpin dalam harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Ia (Ibnu Umar) berkata, 'Saya menduga bahwa beliau juga bersabda, "Seorang laki-laki (anak) adalah pemimpin dalam harta ayahnya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Masing-masing dari kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungiawaban atas kepemimpinannya.'"
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ibnu
Umar ini pada 'AL-ISTIQRADH / 20 - BAB'.")
Bab Ke-12: Apakah Orang yang Tidak Menghadiri Shalat Jumat, Yaitu dari Golongan Orang Wanita, Anak Anak, dan Lainnya Juga Harus Mandi?
Ibnu Umar berkata,
"Sesungguhnya mandi itu hanya diwajibkan bagi orang yang wajib menunaikan shalat
Jumat."[7]
480. Ibnu Umar
berkata, "Istri Umar menghadiri shalat subuh dan isya dengan berjamaah di
masjid. Kemudian kepada istri Umar itu ditanyakan, 'Mengapa Anda keluar,
sedangkan Anda mengetahui bahwa Umar tidak menyukai hal itu dan suka cemburu.'
Istri Umar menjawab, 'Kalau begitu, apakah yang menghalanginya untuk
mencegahku?' Orang itu berkata, 'Yang menghalangi Umar ialah sabda Rasulullah,
'Janganlah kamu semua mencegah hamba-hamba wanita Allah untuk mendatangi
masjid-masjid Allah."'
Bab Ke-13:
Keringanan Tidak Menghadiri Jumat Pada Waktu Hujan Turun
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang
tersebut pada nomor 342 di muka.")
Bab Ke-14: Dari
Mana Jumat Itu Didatangi Dan Atas Siapa Diwajibkan, Mengingat Firman Allah,
"Apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada
mengingat Allah."
Atha' berkata, "Apabila engkau berada di kampung yang ramai, lalu dikumandangkan azan untuk shalat Jumat, maka wajib atasmu mendatanginya, baik kamu dengar azan maupun tidak."[8]
Anas r.a. di
villanya kadang-kadang melakukan shalat Jumat[9] dan kadang-kadang tidak. Villanya itu
berada di Zawiyah (suatu tempat di luar Bashrah) sejauh dua farsakh.[10]
Bab Ke-15: Waktu
Masuknya Shalat Jumat Ialah Apabila Matahari Telah Tergelincir
Hal ini diriwayakan
dari Umar, Ali, Nu'man Ibnu Basyir, Amar, dan Ibnu Huraits radhiyallahu
'anhum.[11]
481. Yahya bin Said
mengatakan bahwa dia bertanya kepada Amrah tentang mandi pada hari Jumat, lalu
ia berkata, "Aisyah berkata, 'Manusia adalah pelayan diri mereka. Apabila mereka
berangkat menunaikan shalat Jumat, maka mereka berangkat dalam keadaannya begitu
saja. (Dan, mereka biasa pergi dengan begitu). Lalu dikatakan kepada mereka,
'Alangkah baiknya seandainya kamu sekalian telah mandi.'"
Dari jalan lain dari Aisyah, istri Nabi saw itu berkata, "Pada hari Jumat orang-orang datang dari rumah-rumah dan kampung-kampung di sebelah timur Madinah. Mereka datang dengan berdebu dan berkeringat. Lalu salah seorang dari mereka datang kepada Rasulullah sedangkan aku berada di sisi beliau. Lalu, Nabi saw bersabda, 'Alangkah baik nya kalau kamu mandi pada hari ini.'"
482. Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah biasa shalat Jumat ketika matahari condong (ke barat).[12]
483. Anas bin Malik
berkata, "Kami suka menyegerakan shalat Jumat, (yakni mengerjakannya pada awal
waktunya), lalu kami tidur siang setelah shalat Jumat itu."[13]
Bab Ke-16:
Apabila Udara Sangat Panas Pada Hari Jumat
484. Anas bin Malik
mengatakan bahwa Nabi saw. apabila sangat dingin, maka beliau menyegerakan
shalat. Apabila sangat panas, maka beliau menjalankan shalat yakni shalat Jumat
apabila sudah agak dingin."
Bisyr bin Tsabit
berkata,[14]
"Abu Khaldah bercerita kepada kami, ia berkata, 'Amir shalat dengan kita (yakni
shalat Jumat), kemudian ia bertanya kepada Anas, 'Bagaimanakah Nabi mengerjakan
shalat zhuhur?' (Lalu Anas menjawab sebagaimana hadits di atas, yakni kalau
udara dingin segera melakukannya dan kalau panas menantikan sebentar sampai agak
dingin).'"
Bab Ke-17: Berjalan ke Shalat Jumat, dan Firman Allah, "Maka bersegeralah kepada mengingat Allah"; dan Orang yang Berpendapat Bahwa Lafal as-Sa'yu Itu Berarti Beramal dan Pergi Mengingat Firman Allah, "Dan dia berusaha untuk mendapatkannya."
Ibnu Abbas r.a.
berkata, "Haram berjual beli pada waktu itu."[15]
Atha' berkata,
"Haram melakukan semua aktivitas."[16]
485. Ibrahim bin
Sa'd berkata dari az-Zuhri, "Apabila muadzin telah mengumandangkan azan pada
hari Jumat, padahal seseorang sedang bepergian, maka hendaklah ia menghadiri
shalat Jumat itu."[17]
486. Abayah bin
Rifa'ah, berkata, "Abu Absin (yaitu Abdur Rahman bin Jabr 3/207) menemuiku
ketika aku sedang pergi shalat Jumat, ia berkata, 'Saya mendengar Nabi bersabda,
'Barangsiapa yang kedua telapak kakinya berdebu di jalan Allah, maka Allah
mengharamkan dia atas neraka.''"
Bab Ke-18:
Jangan Memisahkan[18] Antara Dua Orang Pada Hari Jumat
Lihat hadits nomor
473.
Bab Ke-19:
Janganlah Seseorang Menyuruh Saudaranya Berdiri atau Berpindah Tempat Lalu Ia
Duduk di Tempatnya
487. Ibnu Juraij
mengatakan bahwa ia mendengar Nafi' berkata, "Saya mendengar Ibnu Umar berkata,
"Nabi melarang seseorang menyuruh saudaranya berdiri dari tempat duduknya,
lantas dia duduk di tempat itu.'" (Dalam satu riwayat: "Menyuruh seseorang
berdiri lalu ditempati oleh orang lain. Akan tetapi, berlonggar-longgarlah dan
berlapang lapanglah." Ibnu Umar tidak menyukai seseorang menyuruh orang lain
berdiri dari tempat duduknya kemudian tempat itu didudukinya.) Ibnu Juraij
bertanya kepada Nafi', "Apakah dalam shalat Jumat?" Dia menjawab, "Shalat Jumat
dan lainnya."[19]
Bab Ke-20: Azan
Pada Hari Jumat
488. Saib bin Yazid
berkata, "Adalah azan pada hari Jumat, permulaannya adalah apabila imam duduk di
atas mimbar, yakni pada masa Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar. Pada masa Utsman
dan orang-orang (dalam satu riwayat: penduduk Madinah) sudah banyak, ia
menambahkan (dalam satu riwayat memerintahkan 1/220) azan yang ketiga[20] (dalam satu riwayat:
kedua) lalu dilakukanlah azan itu di Zaura'. (Maka, menjadi ketetapanlah hal itu
1/220). Nabi tidak mempunyai muadzin kecuali satu orang. Azan Jumat itu
dilakukan ketika imam duduk di atas mimbar."
Bab Ke-21: Juru Azan Hanya Seorang Saja Pada Hari Jumat
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya potongan dari hadits
Saib di atas.")
Bab Ke-22: Imam Menjawab Azan dari Atas Mimbar
489. Abu Umamah bin
Sahl bin Hunaif berkata, "Saya mendengar Muawiyah bin Abu Sufyan ketika ia duduk
di atas mimbar pada hari Jumat, ketika muadzin berazan dan mengucapkan,
'Allahu Akbar Allahu Akbar' (Allah Mahabesar 2x), Muawiyah mengucapkan,
'Allahu Akbar Allahu Akbar'. Muadzin mengucapkan, 'Asyhadu alla-ilaha
illallah' (saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah), Muawiyah
mengucapkan, 'Dan saya.' Muadzin mengucapkan, 'Asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah' (saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah), Muawiyah
mengatakan, 'Dan saya juga.' [Ketika muadzin mengucapkan, 'Hayya 'alash
shalah', Muawiyah mengucapkan, 'Laa haula wa laa quwwata illaa
billaah."1/152]. Ketika azan itu selesai, ia berkata, "Wahai manusia!
Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah di tempat duduk ini ketika seorang muadzin
azan, beliau mengucapkan apa yang kamu dengar dari ucapanku tadi.'"
Bab Ke-23: Duduk di Atas Mimbar Ketika Diserukan Azan
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Saib yang disebutkan sebelum hadits di atas.")
Bab Ke-24: Azan Ketika Hendak Berkhutbah
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Saib
di muka.")
Bab Ke-25:
Berkhutbah di Atas Mimbar
490. Abu Hazim bin
Dinar mengatakan bahwa ada beberapa orang yang mendatangi Sahl bin Sa'd
as-Saidi. Ketika itu orang-orang sedang berbantah-bantahan perihal mimbar, dari
apa tiangnya itu dibuat? Maka, mereka menanyakan kepadanya mengenai hal itu.
Kemudian Sahl menjawab, "(Tidak ada orang yang lebih mengetahui daripada aku
1/100). Demi Allah, aku ini orang yang paling tahu dari apa tiang mimbar itu.
Aku betul-betul melihatnya pada hari pertama mimbar itu diletakkan dan pertama
kalinya Rasulullah duduk di atasnya. Rasulullah mengirim utusan kepada Fulanah,
seorang wanita (Muhajirin 3/129)-dan Sahl menyebutkan namanya-dengan perintah,
'Suruhlah anakmu tukang kayu itu agar membuatkan beberapa tiang yang aku dapat
duduk di atasnya apabila aku berbicara kepada orang banyak.' Lalu wanita itu
menyuruh anaknya. Kemudian si anak membuatnya dari kayu yang diambil dari hutan
di dataran tinggi Madinah menuju ke arah Syam. (Dan dalam satu riwayat: lalu ia
pergi memotong kayu, dan membuat mimbar untuk beliau). Kemudian anak itu
membawanya kepada ibunya. Lalu, si ibu mengirim utusan untuk menyampaikan kepada
Rasulullah bahwa anaknya telah selesai membuat mimbar itu. Rasulullah bersabda,
'Kirimkanlah kepadaku.' Kemudian mereka membawanya kepada beliau. Beliau
memegangnya, lalu menyuruh orang meletakkannya di sini. Kemudian beliau duduk di
atasnya. Saya lihat Rasulullah shalat di atasnya, dan beliau menghadap kiblat.
Beliau bertakbir di atasnya dan orang-orang pun berdiri di belakang beliau.
Kemudian beliau membaca. Lalu ruku di alas mimbar itu, dan orang-orang pun ruku
di belakang beliau. Beliau mengangkat kepala, lalu turun dan sujud di dasar
mimbar. Kemudian kembali ke mimbar, membaca, ruku, dan mengangkat kepala lagi,
sehingga sujud di atas tanah. Setelah selesai, beliau menghadap kepada orang
banyak seraya bersabda, 'Hai manusia, sesungguhnya aku melakukan hal ini adalah
agar kamu dapat mengikuti aku dan mempelajari cara shalatku.'"
Abu Abdillah berkata, "Ali bin Abdullah berkata, 'Ahmad bin Hanbal 'rahimahullah' bertanya kepadaku tentang hadits ini. Dia berkata, 'Aku maksudkan bahwa Nabi lebih tinggi daripada orang-orang (makmum), maka tidak mengapalah posisi imam lebih tinggi daripada makmum berdasarkan hadits ini.' Ali bin Abdullah berkata, 'Aku berkata, "Sesungguhnya Sufyan bin Uyainah sering ditanya tentang masalah ini, apakah Anda tidak mendengar darinya?' Dia menjawab, 'Tidak.'" (1/100).
Abu Abdillah berkata, "Ali bin Abdullah berkata, 'Ahmad bin Hanbal 'rahimahullah' bertanya kepadaku tentang hadits ini. Dia berkata, 'Aku maksudkan bahwa Nabi lebih tinggi daripada orang-orang (makmum), maka tidak mengapalah posisi imam lebih tinggi daripada makmum berdasarkan hadits ini.' Ali bin Abdullah berkata, 'Aku berkata, "Sesungguhnya Sufyan bin Uyainah sering ditanya tentang masalah ini, apakah Anda tidak mendengar darinya?' Dia menjawab, 'Tidak.'" (1/100).
Bab Ke-26:
Berkhuthah dengan Berdiri
Anas berkata, "Nabi
selalu berkhutbah dengan berdiri."[22]
491. Ibnu Umar
berkata, "Nabi selalu berkhutbah dengan berdiri, lalu duduk. Kemudian berdiri
lagi sebagaimana yang kamu lakukan sekarang."
Bab Ke-27: Imam
Menghadap kepada Makmum dan Makmum Menghadap kepada Imam Pada Waktu
Berkhuthah
Ibnu Umar dan Anas
r.a. biasa menghadap kepada imam.[23]
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian pertama hadits
Abu Sa'id al-Khudri yang akan disebutkan pada '24 - AZ-ZAKAT / 17 - BAB'.")
Bab Ke-28: Orang
yang Mengucapkan "Amma Ba'du" Sesudah Mengucapkan Puji-pujian kepada
Allah
Ikrimah
meriwayatkannya dari Ibnu Abbas dari Nabi saw.[24]
492. Amr bin
Taghlib mengatakan bahwa Rasulullah diberi harta atau tawanan, lalu beliau
membaginya. Beliau memberi kepada beberapa orang dan tidak memberi kepada
beberapa orang. Lalu sampailah kepada beliau, bahwa orang-orang yang tidak
diberi menjadi marah. Beliau memuji Allah dan bersabda, "Amma ba'du
(adapun selanjutnya), demi Allah, aku memberi kepada seseorang dan tidak memberi
kepada yang lain. Orang yang aku tinggalkan itu adalah yang lebih aku cinta
daripada orang-orang yang aku beri. Akan tetapi, aku memberikan kepada beberapa
orang karena aku mengetahui dalam hati mereka terdapat ketidaksabaran dan
kegelisahan. (Dalam satu riwayat: aku khawatir kebengkokan hati mereka dan
kegelisahan mereka), dan aku lewatkan beberapa orang karena Allah telah
menjadikan kekayaan dan kebaikan dalam hati mereka, di antara mereka adalah Amr
bin Taghlib." "Maka demi Allah," kata Amar, "aku tidak senang bahwa satu lembah
berisi unta yang merah menjadi milikku karena kata-kata Rasulullah itu."
493. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Nabi naik ke mimbar (pada waktu beliau sakit yang membawa kematian beliau 4/184) dan itu merupakan majelis yang terakhir bagi beliau, dengan mengenakan selendang kain besar di kedua bahu. Beliau mengikat kepala beliau dengan ikat hitam, lalu memuji Allah. Kemudian bersabda, 'Hai manusia, kemarilah!' Maka, mereka berlompatan mendekati beliau. Kemudian beliau bersabda, 'Amma ba'du, wahai manusia, sesungguhnya perkampungan ini adalah dari orang-orang Anshar, mereka sedikit (sehingga bagaikan garam dalam makanan 4/221), dan orang-orang lain banyak. Barangsiapa di antara kamu yang mengurusi suatu urusan dari umat Muhammad dan ia mampu untuk berbuat madharat atau manfaat terhadap seseorang, maka hendaklah ia menerima dari orang yang baik dari mereka, dan memaafkan orang-orang yang buruk dari mereka.'"
Bab Ke-29: Duduk di Antara Dua Khutbah Pada Hari Jumat
494. Abdullah bin
Umar r.a. berkata, "Nabi berkhutbah dua kali, dan beliau duduk di antara kedua
khutbah itu."
Bab Ke-30: Mendengarkan Khutbah Pada Hari Jumat
495. Abu Hurairah
berkata, "Nabi bersabda, 'Apabila hari Jumat, maka para malaikat berdiri di
pintu masjid sambil mencatat orang yang datang dahulu, lalu yang dahulu (sesudah
itu). Perumpamaan orang-orang yang datang pada waktu yang paling awal adalah
seperti orang yang berkurban seekor unta, berkurban sapi, berkurban kambing
kibas, berkurban seekor ayam, lalu berkurban sebutir telur. Kemudian apabila
imam sudah keluar (dalam satu riwayat: duduk 4/79), para malaikat itu melipat
buku-buku catatannya dan mendengarkan zikir (khutbah)."
Bab Ke-31: Jika Imam Melihat Orang Datang dan Ia Sedang Berkhutbah, Maka Imam Memerintahkannya Supaya Shalat Dua Rakaat
496. Jabir bin
Abdullah berkata, "Seorang laki-laki datang dan Nabi sedang berkhutbah kepada
para manusia pada hari Jumat. Lalu beliau bertanya, 'Apakah kamu sudah shalat,
hai Fulan?' Ia menjawab, 'Belum.' Beliau bersabda, 'Berdirilah dan shalatlah dua
rakaat.'"
(Dan dalam satu riwayat: Rasulullah bersabda ketika sedang berkhutbah, "Apabila salah seorang dari kamu datang di masjid sedangkan imam tengah berkhutbah atau telah keluar untuk berkhutbah, maka shalatlah dua rakaat.")
Bab Ke-32: Orang
yang Datang dan Imam Sedang Bekhutbah Supaya Shalat Dua Rakaat yang
Ringan
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Jabir tadi.")
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dari hadits
Anas di bawah ini.")
Bab Ke-34: Mohon Turunnya Hujan Waktu Berkhutbah Pada Hari Jumat
497. Anas bin Malik
berkata, "Masyarakat ditimpa tahun paceklik pada masa Nabi. Ketika Nabi sedang
berkhutbah (di atas mimbar 2/22) dengan berdiri pada hari Jumat, seorang kampung
(dari suku Badui 2/21) berdiri (dalam satu riwayat: masuk 2/16) dari pintu yang
menghadap mimbar ke arah Darul Qadha', dan Rasulullah sedang berdiri. Kemudian
dia menghadap Rasulullah (sambil berdiri 2/17), lalu berkata, 'Wahai Rasulullah,
harta benda binasa dan keluarga kelaparan (dalam satu riwayat: binasa, kuda-kuda
binasa, dan kambing-kambing binasa, ternak-ternak binasa dan jalan-jalan
terputus), maka berdoalah kepada Allah untuk kami agar Dia menurunkan hujan.'
Lalu beliau mengangkat kedua tangan beliau untuk berdoa sehingga saya lihat
putih ketiaknya,[26] 'Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah,
turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.'
Orang-orang pun mengangkat tangan mereka berdoa bersama beliau.[27] (Anas tidak
menyebutkan bahwa Rasulullah membalik selendangnya dan tidak menyebutkan bahwa
beliau menghadap ke arah kiblat 2/18). Demi Allah, kami tidak melihat segumpal
awan pun di langit. Juga tidak melihat sesuatu pun, padahal antara kami dengan
pohon tidak terdapat rumah atau bangunan yang tinggi]. (Dalam satu riwayat Anas
berkata, "Dan sungguh langit seperti kaca.") Lalu dari baliknya muncul awan
seperti perisai. Ketika sampai ke tengah-tengah langit, lalu awan itu
mengembang, kemudian turun hujan. Demi Zat yang jiwa saya di tangan-Nya (di
bawah kekuasan-Nya), beliau tidak meletakkan kedua tangan beliau sehingga awan
bergerak seperti gunung. Kemudian beliau tidak turun dari mimbar sehingga saya
melihat air hujan mengalir pada jenggot beliau. (Dan dalam satu riwayat: maka
bertiuplah angin dengan membawa awan. Kemudian awan itu berkumpul, lalu langit
mengembangkan awan yang tidak membawa hujan. Nabi turun dari mimbar, lalu
mengerjakan shalat 2/19). Lalu kami keluar sambil mencebur ke air hingga kami
tiba di rumah. (Dalam satu riwayat: sehingga hampir-hampir seseorang tidak dapat
sampai ke rumahnya 7/154). Maka, kami dituruni hujan pada hari itu, esoknya,
esok lusa, dan hari hari berikut nya sampai hari Jumat yang lain tanpa henti.
Sehingga, aliran-aliran kota Madinah penuh dialiri air. (Dan dalam satu riwayat:
Maka demi Allah, kami tidak melihat matahari selama enam hari). Orang kampung
itu atau lainnya berdiri (dalam satu riwayat: masuklah seorang laki laki dari
pintu itu pada hari Jumat berikutnya. Ketika itu Rasulullah sedang berdiri
berkhutbah, lalu orang itu menghadap beliau sambil berdiri), kemudian dia
berkata, 'Wahai Rasulullah, bangunan-bangunan roboh (dalam satu riwayat:
rumah-rumah roboh, jalan-jalan terputus, dan binatang-binatang ternak binasa,
para musafir tidak dapat bepergian, jalan terhalang) dan harta benda terbenam,
maka berdoalah kepada Allah agar menahan hujan itu untuk kami.' Lalu beliau
tersenyum, kemudian mengangkat kedua tangan beliau dan berdoa, 'Ya Allah,
(hujanilah) sekeliling kami, namun jangan atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan
di atas puncak-puncak gunung dan dataran tinggi, di perut-perut lembah dan
tempat-tempat turnbuhnya tumbuh-tumbuhan.' Beliau tidak menunjukkan kedua tangan
beliau ke suatu awan kecuali terbelah seperti lubang bulat yang luas. (Dalam
satu riwayat: Saya lihat awan menyingkir di sekitar Madinah ke kanan dan ke kiri
seperti kumpulan kambing). (Dan dalam riwayat lain: lalu awan terbelah dari
Madinah seperti terbelahnya kain). Diturunkan hujan di sekeliling kami, tetapi
tidak diturunkan sedikit pun di dalam kota Madinah. Sehingga, kami dapat keluar
dan berjalan di bawah sinar matahari. Allah menampakkan kepada mereka karamah
Nabi-Nya saw. dan mengabulkan doanya. Lembah Qanah mengalir selama sebulan.
Tidak ada seorang pun dari suatu daerah kecuali ia menceritakan hujan
lebat."
Bab Ke-35: Mendengarkan Khutbah Pada Hari Jumat Ketika Imam Sedang Berkhutbah, dan Berkata kepada Sahabatnya, "Diamlah!" (Pada Waktu Itu), Maka yang Berbicara Itu Telah Berbuat Sia-Sia
Salman mengatakan
bahwa Nabi saw bersabda, "Hendaklah seseorang diam apabila imam berbicara
(berkhutbah)."[28]
498. Abu Hurairah
mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila kamu mengatakan kepada temanmu,
'Diamlah', padahal imam sedang berkhutbah, maka kamu telah berbuat sia-sia
(pahala kamu menjadi sia-sia)."
Bab Ke-36: Saat yang Dikabulkan (Doa) Pada Hari Jumat
499. Abu Hurairah
mengatakan bahwa Rasulullah menyebut-nyebut hari Jumat, lalu beliau bersabda,
"Pada hari itu terdapat suatu saat yang apabila tepat pada waktu itu seorang
muslim berdiri shalat, memohon sesuatu (dalam satu riwayat: kebaikan 6/175)
kepada Allah ta'ala, niscaya Allah akan memberinya." Beliau mengisyaratkan
dengan tangan beliau menunjukkan sedikitnya kesempatan itu.
Bab Ke-37: Apabila Orang-Orang Lari Meninggalkan Imam Sewaktu Shalat Jumat, Maka Imam Boleh Melangsungkan Shalat Itu. Shalatnya dengan Orang yang Masih Tinggal Itu Adalah Sah Hukumnya
500. Jabir bin
Abdullah berkata, "Ketika kami sedang shalat (Jumat 3/7) bersama Nabi, tiba-tiba
datanglah suatu kafilah yang membawa makanan. Lalu, mereka menuju (dalam satu
riwayat: lalu orang-orang berhamburan 6/63) kepadanya hingga yang tinggal
bersama Nabi hanya dua belas orang laki-laki. Maka, turunlah ayat ini,
'Waidzaa ra-au tijaraatan au lahwan infadhdhu ilaihaa wa tarakuuka
qaaima' 'Apabila mereka melihat barang dagangan atau permainan mereka
berlari kepadanya dan meninggalkan kamu yang sedang berdiri'."
Bab Ke-38:
Shalat Sesudah Shalat Jumat dan Sebelumnya
501. Ibnu Umar
mengatakan bahwa Rasulullah selalu melakukan shalat (dalam satu riwayat: saya
hafal dari Nabi saw. sepuluh rakaat 2/54) dua rakaat sebelum shalat zhuhur, dua
rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah magrib di rumah beliau, dan dua rakaat
sesudah shalat isya. (Dalam satu riwayat: adapun ba'diyah magrib dan isya beliau
lakukan di rumah beliau. Dalam riwayat lain: sesudah isya di rumah istri beliau
2/53). Beliau tidak shalat sesudah shalat Jumat sehingga beliau pergi (pulang),
lalu beliau shalat dua rakaat.
502. Saudara wanitaku, Hafshah, bercerita kepadaku bahwa Nabi biasa melakukan shalat dua rakaat yang ringan setelah terbit fajar, dan waktu itu adalah waktu yang aku tidak biasa menemui Nabi.
Bab Ke-39:
Firman Allah Ta'ala, "Apabila Telah Ditunaikan Shalat, Maka Bertebaranlah Kamu
di Muka Bumi, dan Carilah Karunia Allah."
503. Sahl bin Sa'ad
berkata, "Kami senang kalau hari Jumat" (3/73). Aku bertanya kepada Sahl,
"Mengapa?" Dia menjawab (7/131), "Di kalangan kami ada seorang wanita (tua
6/203) yang menanam silq (sejenis ubi) di tepi parit kebunnya. (Dalam
satu riwayat: biasa mengirim kurma ke Budh'ah di Madinah). Bila hari Jumat,
dicabutnya batang silq itu dan direbusnya dalam periuk. Dicampurnya dengan
segenggam tepung gandum, lalu digilingnya. (Dalam satu rivvayat: dan ditumbuknya
beberapa biji gandum). Maka, batang silq itu menjadi seperti daging (tetapi
tidak ada lemaknya). Apabila kami kembali dari shalat Jumat, kami datang
mengucapkan salam padanya. Lalu, dihidangkannya makanan tadi kepada kami dan
kami mengambil nya dengan sendok. Kami ingin supaya hari Jumat cepat datang,
karena hidangan wanita itu." [Ia berkata, "Kami tidak tidur dan makan siang
kecuali sesudah shalat Jumat."] (Dalam satu riwayat dari Sahl, ia berkata, "Kami
biasa menunaikan shalat Jumat bersama Nabi, kemudian setelah itu baru tidur
siang.")
Bab Ke-40: Tidur Siang Sesudah Shalat Jumat
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas bin Malik yang tertera pada nomor 482 di muka.")
Catatan
Kaki:
[1] Tambahan ini diriwayatkan secara mu'allaq oleh
penyusun, tetapi di-maushul-kan oleh ath-Thahawi dan al-Baihaqi.
[2] Orang ini adalah Utsman bin Affan r.a. sebagaimana yang akan dijelaskan pada catatan kaki pada hadits nomor 472.
[3] Disebutkannya perkataan balig dengan menggunakan
lafal muhtalim yang berarti orang yang bermimpi mengeluarkan sperma, adalah
karena biasanya orang yang sudah balig (dewasa) itu sudah pernah mengeluarkan
sperma.
[4] Dia adalah Utsman bin Affan sebagaimana disebutkan dalam riwayat Muslim (3/3). Ini diperkuat oleh hadits Ibnu Umar pada nomor 469 di muka yang menerangkan bahwa dia termasuk Muhajirin angkatan pertama.
[5] Namanya Utsman bin Hakim. Dia adalah saudara seibu bagi Umar. Ibu mereka bernama Khaitsamah binti Hisyam ibnull-Mughirah, sebagaimana dijelaskan dalam Fathul Bari.
[6] Ini adalah bagian dari haditsnya yang sudah
disebutkan secara maushul pada nomor 470 di muka.
[7] Di-maushul-kan dari Ibnu Umar oleh al-Baihaqi di dalam Sunan-nya (3/175) dengan sanad hasan, dan disahkan oleh al-Hafizh dalam Al-Fath. Kemudian diriwayatkan oleh al-Baihaqi (3/188) dari jalan lain darinya secara marfu dengan lafal, "Barangsiapa yang mendatangi shalat Jumat, baik laki-laki maupun wanita, maka hendaklah ia mandi; dan barangsiapa yang tidak mendatangi shalat Jumat, maka tidak wajib atasnya mandi, baik laki-laki maupun wanita." Akan tetapi, di dalam isnadnya terdapat kelemahan, dan di dalam matannya terdapat sesuatu yang diingkari, sebagaimana sudah saya jelaskan di dalam al-Ahaditsudh Dha'ifah (3958).
[8] Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq di dalam al Mushannaf (3/168/5179) dengan sanad sahih darinya.
[9] Bersama orang lain, atau menghadiri shalat Jumat di masjid Bashrah.
[10] Di-maushul-kan oleh Musaddad di dalam al Musnad al Kabir-nya dari Abu Awanah dari Humaid.
[11] Di-maushul-kan dari keempat orang tersebut dengan isnad-isnad yang sahih oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al Mushannaf. Diriwayatkan juga dari selain mereka riwayat yang menunjukkan bolehnya menunaikan shalat Jumat sebelum matahari tergelincir sebagaimana mazhab Imam Ahmad. Silakan baca risalah saya al-Ajwibatun Nafi'ah (hlm. 17-21).
[12] Dalam bab ini terdapat hadits Salamah bin al-Akwa', dan akan disebutkan haditsnya pada "64 - AL-MAGHAZI/ 37 -BAB".
[13] Ibnu Hibban menambahkan, "Bersama Nabi saw.", dan sanadnya hasan.
[14] Di-maushul-kan oleh al-Baihaqi (3/192) dengan sanadnya dari Bisyr bin Tsabit dengan lafal, "Adalah Rasulullah apabila udara dingin, beliau segera melaksanakan shalat; dan apabila udara panas, maka beliau menunda barang sebentar." Isnadnya bagus, tetapi tanpa menyebut "Amir".
[15] Al-Hafizh berkata, "Ibnu Hazm menyebutkan dari jalan Ikrimah, dari Ibnu Abbas dengan lafal, "Tidak baik berjual-beli pada hari Jumat ketika azan sudah dikumandangkan. Apabila shalat Jumat sudah selesai dilaksanakan, maka berjual-belilah." Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih dari jalan lain dari Ibnu Abbas secara marfu'.
[16] Di-maushul-kan oleh Abd bin Humaid di dalam tafsirnya.
[17] Al-Hafizh berkata, "Saya tidak mengetahuinya dari riwayat Ibrahim." Kemudian dia mengatakan bahwa mengenai riwayat dari az-Zuhri ini diperselisihkan." Silakan periksa.
[18] Huruf lam alif di sini adalah nahiyah 'untuk melarang', dan fi'il tafriq di sini mabni fa'il atau mabni maf'ul. Dan tafriq atau memisahkan antara dua orang itu bisa dengan melangkahi pundak mereka atau dengan duduk di antara mereka setelah memisahkan mereka dari tempatnya. Maka, larangan ini merupakan perintah untuk berangkat shalat Jumat lebih awal (sehingga bisa mendapatkan tempat di depan dan tidak memisahkan orang-orang yang sudah berbaris dengan rapi), sebagaimana disebutkan dalam catatan pinggir Ash-Shahih.
[19] Ketiga lafal ini (yakni al-Jumata, al-Jumata, ghairaha) dibaca nashab dengan membuang huruf jar, yakni fil Jumati wa ghairiha. Di dalam riwayat Abu Dzar, ketiga lafal tersebut dibaca rafa 'sebagai' mubtada', sedang khabarnya dibuang. Yakni 'al-Jumu'atu wa ghairuha mutasaawiyaani fin-nahyi' 'anit takhaththaa' 'Shalat Jumat dan lainnya sama-sama dilarang orang melangkahi pundak orang lain'.
[20] Yaitu, azan yang pertama (sebelum masuk waktu shalat), dan jumlah seluruhnya menjadi tiga bersama iqamah. Ia disebut azan karena untuk memberitahukan. Nabi saw. bersabda, "Di antara tiap-tiap dua azan (yakni azan dan iqamah) terdapat shalat sunnah bagi yang ingin mengerjakannya." Azan tambahan ini dianggap sebagai azan ketiga karena sebagai tambahan belakangan. Disebut sebagai azan kedua bila kita melihat azan yang hakiki. Sedang Zaura adalah suatu tempat tinggi yang merupakan pasar di Madinah.
[21] Di-maushul-kan oleh penyusun (Imam Bukhari) dalam beberapa tempat dan ini adalah bagian dari hadits Anas yang disebutkan pada "11-AL-JUM'AH / 24".
[22] Di-maushul-kan oleh Imam Bukhari di tempat yang telah diisyaratkan tadi.
[23] Di-maushul-kan dari Ibnu Umar oleh Baihaqi (3/199)
dengan sanad hasan, dan di-maushul-kan dari Anas oleh Ibnul Mundzir dan
al-Hafizh dengan sanad sahih.
[24] Di-maushul-kan oleh penyusun di akhir bab
ini.
[25] Mengangkat kedua tangan ini hanya dalam doa khutbah istisqa'. Adapun berdoa secara rutin di dalam khutbah Jumat yang kedua dengan mengangkat kedua tangan, maka kami tidak mengetahui dasarnya di dalam sunnah. Silakan periksa al Ajwibatun Nafi'ah halaman 62.
[26] Tambahan ini disebutkan secara mu'allaq oleh
penyusun, dan di-maushul-kan oleh Abu Nu'aim.
[27] Tambahan ini tidak disebutkan oleh al-Hafizh, tetapi kemudian al-Khathib menisbatkannya (2/503) kepada Nasai saja.
[28] Di-maushul-kan oleh penyusun rahimahullah pada hadits nomor 472 di muka.
0 komentar:
Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan