KAMPUNG DAMAI ATTANWIR BANJIR TAHUN 2010

Masih ingatkah pada tanggal 20 Februari 2010?
Oky... ini hanya mengingatkan memori-memori yang telah terjadi di Pondok Pesanten Attanwir yaitu banjir....
Beberapa tahun yang dulu kemungkinan kalau tidak salah pada tahun 2001 itupun juga banjir melanda Kampung Damai Attanwir dan umumnya Pada Desa Talun Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro.
Dan terlihat dari anak pondok pun masih melanjutkan kegiatan belajar mengajarnya.
 Terimakasih...
salam voa.

0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

KEGIATAN APEL PAGI MAI ATTANWIR

Selamat Berjumpa kembali bersama kami dengan sederetan informasi terkini teraktual dan terpercaya di TAJUK INFORMASI
Pagi yang cerah menyelimuti kampung damai Attanwir... seperti apa yang anda lihat foto dibawah, terlihat para siswa siswi atau santri Attanwir melaksanakan Apel Pagi atau Upacara Setiap hari sabtu. dengan tujuan menciptakan para pelajar yang disiplin, baik waktu atau tempat. dari team kami melaporkan bahwa barisan yang berbentuk angkare ini sudah biasa dilaksanakan setiap hari sabtu dan semangatnya luar biasa.
Terlihat khusu' dan kidmat oleh para pelajar mendengarkan amanat dari kepala sekolah oleh Ust. Mustam yang menyampaikan beberapa point diantaranya:
  • Merubah pola pikir menjadi  yang lebih baik
  • mengenai penerimaan rapor
  • dan kedisiplinan pelajar didalam belajar dikelas 
Setelah amanat dari kepala sekolah selesai disampaikan dari Persatuan Pelajar Sekolah (PPM) mengumumkan beberapa juara-juara atau lomba-lomba yang ada di Pondok Pesantren Attanwir di antaranya:
  • petugas upacara terbaik
  • pembicara muhadloroh terbaik
  • dan 5 K 


.Demikian TAJUK INFORMASI dengan sederetan informasi terkini teraktual dan terpercaya. terima kasih
dan salam voa.

0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

KULIAH RAMADHAN ( KURMA )

 

KULIAH RAMADHAN ( KURMA ) Oleh Radio Suara Attanwir

Kuliah Ramadhan, salah satu program yang hadirkan setiap bulan puasa oleh Radio Suara Attanwir Fm dan menghadirkan beberapa Naras Sumber oleh Para Ustad dari Pondok Pesantren Attanwir.
Program ini dengan format tanya jawab dengan pendengar baik melalui sms/telp, yang sudah terkonsep sebelumya terkait dengan topik/tema pembahasan yang di sampaikan para nara sumber. Di samping itu Kuliah Ramadhan adalah program yang sangat luar biasa bagi pendengar, karena di samping para pendengar bisa menimba ilmu juga bisa menyampaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Dengan adanya Program Kuliah Ramadhan ini semoga bisa menjadi wadah yang bisa membantu menjalin tali ukhuah islamiyah. Adapun Program Kuliah Ramadhan ini di mulai pukul 16.00-17.00Wib dengan format dialog interaktif.
Berikut foto-foto para Nara Sumber;......












Demikian sekilas informasi tentang program tahunan
salam voa

0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

TATA CARA QUNUT DAN KADARNYA

 

Firman Allah subhanahu wa taala:
قال الله تعالى: ﴿ ٱدۡعُواْ رَبَّكُمۡ تَضَرُّعٗا وَخُفۡيَةًۚ ﴾ ( سورة الأعراف :55)
Berdo'alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. (QS. al-A’raf:55)

Qunut adalah meminta dikabulkan hajat, sama saja kebutuhan agama atau dunia. Ia adalah doa dan istighfar. Tidak ada batasan padanya. Namun yang paling utama bagi yang berdoa agar mencari doa-doa dari al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum.[1]
Ats-Tsauri rahimahullah berkata: ‘Tidak ada sesuatu yang ditentukan padanya.’[2]
An-Nakha’i rahimahullah berkata:  ‘Tidak ada dalam qunut Witir sesuatu yang ditentukan, sesungguhnya ia adalah doa dan istighfar. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya.
Imam Ahmad rahimahullah berkata: ‘Tidak mengapa seseorang berdoa dalam shalat Witir untuk hajatnya.’[3] Dan ia rahimahullah berkata: ‘Semua yang ada hadits padanya tidak mengapa (berdoa) dengannya.’[4]
An-Nawawi rahimahullah berkata: ‘al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah meriwayatkan kesepakatan mereka (para ulama) bahwa tidak  ada doa tertentu dalam qunut kecuali yang diriwayatkan dari sebagian ulama hadits...’[5]
Al-Qurthubi rahimahullah berkata: ‘Mereka sepakat bahwa tidak ada doa tertentu dalam qunut kecuali yang diriwayatkan dari sebagian ahli hadits.’[6]
Adapun kadarnya: maka tidak batasan tertentu yang membuat imam berhenti padanya, akan tetapi catatannya adalah tidak memberatkan manusia, ukurannya adalah seperti shalat dalam perkara tidak memanjangkan terhadap manusia, namun yang dianjurkan adalah meringankan, karena mengamalkan pengarahan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dalam perintah beliau untuk meringankan.
Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata: ‘Saya tidak mengetahui adanya perbedaan di antara ulama dalam sunnah/anjuran meringankan bagi setiap orang yang mengimami jama’ah dengan catatan melakukan sekurang-kurang cukup. Shalat fardhu dan sunnah menurut mereka semua adalah sama dalam anjuran meringankan pada shalat yang dilakukan secara berjamaah kecuali riwayat yang datang pada shalat kusuf (gerhana).[7]
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: ‘Diperselisihkan ucapan imam Ahmad rahimahullah pada kadar berdiri dalam qunut:
Darinya: sekadar membaca surah al-Insyiqaaq atau semisal yang demikian itu.
Abu Daud rahimahullah meriwayatkan: Aku mendengar Ahmad rahimahullah ditanya tentang ucapan ibrahim rahimahullah: ‘Qunut adalah sekadar surah al-Insyiqaq.’ Ia berkata: ‘Ini sedikit, saya lebih senang ia menambah.’
Darinya: seperti qunut Umar radhiyallahu ‘anhu.
Dan darinya: sesuai kehendaknya.[8]
Peringatan: Sebagian mereka menganggap memanjangkan qunut termasuk perkara bid’ah. Pendapat ini perlu ditinjau kembali, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam berdoa dengan jawami’ul kalim (kalimat singkat, makna padat) dan mendorong atasnya, tidak berarti beliau tidak memanjangkan.[9] Kemudian saya tidak menemukan sesuatu yang menunjukkan bahwa ia termasuk bid’ah. Bahkan doa adalah ibadah, maka apabila tidak memberatkan terhadap makmum atau mereka ingin yang panjang maka imam boleh memanjangkan. Syaikhul Islam rahimahullah berkata: ‘Terkadang seseorang bersemangat, maka yang utama baginya adalah memanjangkan ibadah, dan terkadang tidak bersemangat maka yang utama baginya adalah memendakkannya.’[10] Dan diriwayatkan dari salafus shalih memanjangkan qunut dan mereka mengukurnya sekitar seratus ayat.[11] Di dalam doa mengandung menghinakan diri, kembali dan mengharap kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang tidak ada pada yang lain, dan cukuplah bahwa doa adalah ibadah, maka bagaimana dikatakan bagi orang yang memanjangkan ibadah bahwa ia melakukan bid’ah.
Dua faedah:
Faedah pertama: dianjurkan baginya memulai doanya dengan memuji kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kemudian shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, dan seperti ini pula menutup doanya dengan keduanya.
An-Nawawi rahimahullah berkata: ‘Para ulama ijma’ (konsensus) sunat memulai doa dengan pujian kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan menyanjung-Nya, kemudian shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam. Dan demikian pula menutup doa dengan keduanya, dan atsar-atsar dalam bab ini sangat banyak lagi sudah dikenal.[12]
Faedah kedua: Samahah Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya tentang imam membaca doa dari kertas? Beliau menjawab: ‘ Tidak ada larangan seseorang membaca doa dari kertas apabila ia tidak hapal.’[13]




[1] Bahkan diriwayatkan dari imam Ahmad rahimahullah bahwa ia mencukupkan berdoa dalam shalat terhadap doa-doa yang disyari’atkan lagi diriwayatkan. Lihat Majmu’ Fatawa 22/474.
[2] Mukhtashar Qiyamul Lail hal 325.
[3] Bada’iul Fawaid  4/325.
[4] Masa`il Abu Daud hal 101 no. 483.
[5] Al-Majmu’3/331.
[6] Al-Mufhim 6/89 dan mengutip darinya pengarang Tharhi at-Tatsrib 2/259.
[7] At-Tamhid 19/9
[8] Bada’iul Fawaid 4/1502.
[9] Aku telah mendapatkan doa-doa shahih yang diriwayatkan  dari Nabi saw dan para sahabatnya dan doa-doa dari al-Qur`an. Ia termasuk jawami’ul kalim, jika seseorang berdoa dengan sebagian besar niscaya lebih dari seperempat jam. Apakah untuk ini dikatakan bid’ah!! Dan seperti telah dijelaskan bahwa catatannya adalah tidak memberatkan jama’ah dan siapa yang shalat sendirian hendaklah ia memanjang sesuai kehendaknya. Disebutkan dalam Masa’il Abu Daud hal 92: Imam mengangkat kedua tangannya dalam shalat dan jama’ah mengangkat tangan, dan imam Ahmad rahimahullah bersama kami, ia berdiri berdoa satu jam kemudian ruku’, dan hal itu berdasarkan pendapat Abu Abdullah menurut berita yang sampai kepadaku bahwa ia menyuruh hal itu.
[10] Al-Fatawa 22/273.
[11] Mukhtashar Qiyamul Lail hal 324.
[12] Al-Adzkar hal 94.

0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

ASAL MUASAL PERAYAAN MAULID NABI

 


Tidak diragukan bahwa para sahabat adalah orang yang paling mencintai Rasulullah, paling peduli dalam meneladaninya dan paling mengetahui sunah Nabi r. Mereka diridoi Allah atas kepedulian dan kecintaan yang sangat kepada Rasulullah r. Tidak ada berita sama sekali bahwa salah seorang dari mereka merayakan hari kelahiran Nabi r, demikian pula tiga kurun pertama. Tidak terekam satupun berita yang tertulis di dalam kitab sejarah akan adanya perayaan itu pada kurun tersebut.
Ini membuktikan bahwa perayaan Maulid Nabi ada setelah masa generasi utama.
Pencetus bid'ah perayaan Maulid Nabi adalah sekte Batiniah. Lebih spesifik kaum yang merupakan peletak dasar dakwah batiniah yang disebut dengan Bani al-Qodâh. Mereka menyebut diri mereka dengan Fâtimiyîn, menisbatkan diri secara culas kepada putri Ali ibn Abi Thalib t. Kakek mereka bernama Maimûn ibn Disôn al-Qodâh yang merupakan budak laki-laki dari Ja'far ibn Muhammad Shâdiq.
Maimûn berasal dari al-Ahwâz. Dia adalah pelopor mazhab Batiniah yang arogan di Irak. Kemudian pindah ke Magrib dan menasabkan diri kepada Uqoil ibn Abu Thalib dan mengklaim bahwa dia berasal dari keturunannya.
Ketika orang-orang Ghulat Râfidhah (Syi'ah ekstrim) menyambut seruan ajarannya, dia mengaku sebagai putra dari Muhammad ibn Ismail ibn Ja'far ash-Shâdiq. Orang-orang Syi'ah itupun menerimanya, dengan persepsi bahwa Muhammad ibn Ismail bin Ja'far ash-Shâdiq wafat tanpa memiliki keturunan. Diantara yang mengikuti ajaran ibn Dishân al-Qodâh seorang lelaki yang disebut dengan Hamdân Qirmith dan kepadanyalah nantinya dinasabkan sekte al-Qorômithoh.
Hari demi hari bergulir, mereka yang familier dengan Maimun mengenalnya sebagai Sa'id bin al-Husain ibn Abdullah ibn Maimun ibn Dishân al-Qodâh, sehingga diapun merubah nama dan nasabnya. Dia mengatakan kepada pengikutnya: "Aku adalah Ubaidillah ibn al-Hasan ibn Muhammad ibn Ismâîl ibn Ja'far ash-Shâdiq, yang seterusnya menyebarlah ajaran sesatnya di Magrib.
Ibnu Khalkân berkata dalam kitab al-Wafiyât al-A'yân:
"Para pakar sejarah ilmu nasab (silsilah keturunan) dari para peneliti mengingkari klaim nasab Maimun (kepada keturuan Ali t)."
Pada tahun 402 H sekumpulan ulama, para hakim , intelektual, para tokoh, orang-orang soleh, ahli fiqih dan ahli hadits menulis tema ceramah mereka yang isinya celaan dan ketidakbenaran akan nasab Fatimiyah yang diklaim oleh al-Ubaydiyin. Seluruhnya bersaksi bahwa hakim di Mesir, yaitu Manshur ibn Nazâr yang bergelar 'al-Hâkim' -semoga Allah hukum dia dengan kebinasaan, kehinaan dan kehancuran- putra dari Mu'ad ibn Ismâîl ibn Abdullah ibn Sa'îd –semoga Allah tidak memberinya kebahagiaan- ketika sampai di Magrib menamakan diri dengan Ubaidillah dan menggelari diri dengan al-Mahdi. Klaim-klaim serupa dari orang-orang sebelumnya dilakukan oleh mereka yang berseberangan dengan khilafah Islamiah di masanya. Tidak ada tali keturunan sama sekali dari silsilah Ali ibn Abu Thalilb t. Klaim kosong tanpa bukti. Ali t beserta keturunannya berlepas diri dari mereka yang merupakan klaim batil dan tipu daya. Tidak ada satupun dari ahlu bait keturunan Ali ibn Abu Thalib yang berhenti mencela dan menggelari mereka yang mengaku-aku itu sebagai kelompok penentang Khilafah Islamiah lagi pendusta.
Pengingkaran terhadap kebatilan mereka ini amat jelas di dua negeri haram (Mekah dan Madinah) dan pada awal kedatangan mereka di Magrib. Tersebar sehingga tidak ada seorangpun yang dapat menutup-nutupinya atau membenarkan apa yang mereka klaimkan. Hakim Mesir tersebut –serta mereka yang semisalnya sebelumnya- adalah orang-orang kafir, fasik, pelaku dosa besar, mulhid, zindik, pengingkar sifat Allah dan memusuhi Islam, sedangkan mazhabnya meyakini majusi penyembah berhala dan patung. Mereka telah melampaui batas, menghalalkan perzinaan, khamar, menumpahkan darah, mencela para nabi, melaknat generasi pertama dan utama Islam serta mengklaim ketuhanan.
Tema ceramah ini ditulis dalam banyak khotbah oleh banyak orang. –selesai perkataannya-
Yang pertama kali melontarkan bid'ah Maulid Nabi adalah sekte batiniah yang ingin merubah agama ini, dengan cara mengadakan sesuatu yang bukan darinya, untuk menjauhkan pemeluknya dari ajaran agama yang sebenarnya. Jalan paling mudah membunuh sunnah dan menjauhkan syariat Allah yang penuh toleransi serta sunah Rasulullah yang suci adalah dengan Menyibukkan ummat dalam bid'ah.
Al-Ubaidiyin masuk Mesir pada tahun 362 H, hari kelima bulan Ramadhan. Bid'ah perayaan hari kelahiran secara umum dan Maulid Nabi secara khusus muncul pada masa al-Ubaidiyin. Belum ada dari umat ini yang melakukan hal itu sebelumnya.
Al-Muqrizi berkata: "Momentum yang dijadikan oleh penguasa Fatimiyun sebagai hari perayaan dalam setahun:
  1. Perayaan akhir tahun.
  2. Perayaan tahun baru.
  3. Hari Asyuro
  4. Maulid Nabi r.
  5. Maulid Ali ibn Abu Thalib t.
  6. Maulid al-Hasan t.
  7. Maulid al-Husain t.
  8. Maulid Fatimah az-Zahroh t.
  9. Maulid Khalifah al-Hâdir.
  1. Malam pertama bulan Rajab.
  2. Malam pertengahan bulan Rajab.
  3. Malam pertama bulan Sya'ban.
  4. Malam pertengahan bulan Sya'ban.
  5. Malam Ramadhan.
  6. Pertengahan Ramadhan.
  7. Samât Ramadhan.
  8. Penutupan Ramadhan.
  9. Idul Fitri.
  10. Idul Adha.
  11. Idul Ghadîr (18 Zulhijah).
  12. Perayaan musim dingin.
  13. Perayaan musim panas.
  14. Perayaan Fathul Khâlij (penaklukan jazirah arab).
  15. Hari Nairuz.
  16. Hari Ghithas.
  17. Hari lahir (ulang tahun).
  18. Khamîs 'Adas.
  19. Hari-hari Rukubât.
Al-Muqrizi kemudian menjelaskan satu persatu perayaan-perayaan tersebut dan gambaran pelaksanaannya.
Ini adalah pernyataan yang jelas dari al-Muqrizi[1] bahwa al-Ubaidiyin adalah penyebab musibah yang menimpa kaum muslimin. Merekalah yang telah membuka keran perayaan-perayaan bid'ah ke khalayak. Sampai-sampai mereka juga merayakan perayaan kaum Majusi dan Nasrani. Ini adalah bukti atas jauhnya mereka dari Islam dan justru memeranginya, sekalipun mereka tidak mengatakan dan menampakkannya.
Hal itu juga membuktikan bahwa enam perayaan maulid yang disebutkan di atas di antaranya maulid Nabi r bukanlah karena kecintaan mereka kepada Nabi r seperti yang diklaim dan dipertontonkan kepada khalayak dan orang-orang yang tidak bisa dijadikan teladan. Tujuan mereka adalah untuk menyebarkan karakteristik mazhab mereka yaitu Isma'iliy Batiniy serta aqidah sesat lain di tengah khalayak. Bertujuan menjauhkan kaum muslimin dari ajaran agama yang benar dan aqidah yang lurus dengan memunculkan perayaan-perayaan tersebut, memerintahkan menghidupkannya, menyemangati dan menyumbangkan harta yang banyak untuk merealisasikannya.

Sikap Ahlussunnah Wal Jamaah Terhadap Bid'ah Maulid
Ulama Salafussoleh –semoga Allah merahmati mereka- sepakat bahwa perayaan Maulid Nabi dan perayaan-perayaan lain tidak sesuai dengan syari'at. Ia merupakan perkara yang diada-adakan, yang disusupkan ke dalam agama ini. Tidak ada contoh dari Nabi r, para sahabatnya, Tabî'ut Tâbi'în, tidak pula ulama terkemuka dari imam yang empat atau selain mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:
"Adapun mengadakan perayaan selain perayaan yang telah disyari'atkan, seperti malam Rabiulawal, disebut juga malam maulid, malam-malam di bulan Rajab, 8 Zulhijah, Jumat pertama Rajab dan 8 Syawal yang dinamakan dengan Idul Abror merupakan bid'ah yang tidak disukai oleh salaf (generasi awal) dan tidak pernah mereka lakukan. Wallahu ta'ala a'lam
Ibnu Taimiyah juga menyebutkan di dalam kitabnya Iqtidhô as-Shirâtal Mustaqim:
"Pasal: Yang termasuk kemungkaran dalam bab ini adalah: seluruh perayaan-perayaan dan musim yang diada-adakan. Ia termasuk kemungkaran yang makruh (dibenci). Sama saja apakah kemakruhannya sampai ke derajat haram atau belum.
Perayaan ahli kitab dan a'jam (orang asing) terlarang karena dua sebab:
Pertama: unsur tasyabuh (menyerupai) orang-orang kafir.
Kedua: ia merupakan bid'ah dalam agama. Segala perayaan dan musim yang diada-adakan adalah mungkar sekalipun tidak menyerupai ahli kitab.
Beliau –rahimahullah- menyebutkan penjelasan hal itu dengan ungkapannya:
"Yang demikian masuk kategori bid'ah dan muhdatsah (ajaran yang diada-adakan). Masuk dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam sahihnya dari Jabir t, dia berkata, "Rasulullah r jika berkhotbah matanya memerah, meninggi suara dan temperamennya, bahkan seakan tengah mengomando pasukan perang, dengan mengatakan sobâhakum wa masâ akum (waspadalah setiap saat!) seraya berkata:
قال رسول الله e : ((  بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ ))

"Jarak antara pengutusanku dan hari kiamat seperti ini –beliaupun merapatkan jari telunjuk dan tengahnya- lalu melanjutkan:
(( أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ))
"Adapun selanjutnya: sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah firman Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Sedangkan perkara yang paling buruk adalah bid'ah (sesuatu yang dibuat-buat dalam agama) dan setiap bid'ah (yang dibuat-buat dalam agama) adalah sesat." Dalam hadits riwayat an-Nasai:
(( وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ ))
"Dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka."
Beliaupun menjelaskan bahwa waktu terbagi menjadi tiga, termasuk di antaranya perayaan terkait suatu tempat dan aktivitas:
Pertama: hari yang tidak di agungkan sama sekali oleh syari'at Islam dan tidak disinggung oleh generasi salaf, tidak pula ada sesuatu yang mengharuskan untuk mengagungkannya, seperti Kamis dan Jumat pertama bulan Rajab, yang dinamakan dengan ar-Raqôib.
Kedua: berlangsungnya suatu peristiwa yang peristiwa itu juga berlangsung pada waktu yang lain, tanpa ada hal apapun yang mewajibkannya untuk dirayakan dan generasi salaf tidak ada yang mengagungkannya, seperti hari ke-18 Zulhijah, saat Rasulullah r berkhotbah di tempat yang bernama Ghadir kham sepulang dari haji wada'.
Termasuk juga segala yang dibuat-buat oleh sebagian orang; bisa dalam bentuk menyaingi kaum Nasrani dalam memperingati hari kelahiran Nabi Isa –alaihi salam- atau karena kecintaan kepada Nabi r.
Allah membenarkan kecintaan mereka, tetapi tidak dengan bid'ah yang dilakukan. Siapa yang menjadikan hari kelahiran Nabi r sebagai hari perayaan, maka perbuatannya itu tidak pernah dilakukan oleh generasi salaf (generasi awal) meskipun mereka juga mencintai Nabi dan tidak ada penghalang untuk juga melakukannya jika itu memang baik. Jika perayaan maulid murni kebaikan atau rajih (asumsi kuat) tentunya generasi salaf t lebih berhak merayakannya dari pada kita. Jika kesangatan para sahabat dalam mencintai dan mengagungkan Rasulullah r melebihi kita, tentu mereka lebih peduli jika ada kebaikan. Akan tetapi ternyata kesempurnaan cinta dan pengagungan kepada Nabi r adalah dengan meneladani, menaati, menjalankan perintahnya, menghidupkan sunah-sunahnya baik yang lahiriah maupun batiniah, menyebarkan ajarannya dengan berjihad menggunakan hati, tangan (kekuasaan) dan lisan. Demikianlah toriqoh (jalan) sabikin al-awalin (generasi pendahulu) dari kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka.
Kebanyakan engkau dapati mereka yang peduli dengan bid'ah-bid'ah seperti ini[2] lemah dalam menjalankan ajaran Rasulullah r yang telah diperintahkan untuk melaksanakannya. Mereka hanya sebatas menghias masjid tetapi tidak shalat di dalamnya atau jarang sekali. Sebatas orang yang menenteng-nenteng tasbih dan sajadah yang berhias. Hiasan-hiasan semacam ini menjadi konsentrasi, disertai riya (mengharap pujian), kibr (kesombongan) dan menyibukannya dari perkara-perkara yang memang disyaratkan sehingga merusak keadaan pelakunya.

Sumber:
-      Kitab Lathâif al-Ma'ârif fî mâ Li Mawâsimil Âm Minal Wadzâif, Ibnu Rajab.
-      Kitab al-Bida' al-Hauliah, Abdullah ibn Abdul Aziz at-Tuwaijiri.

repost from: http://indonesian.iloveallaah.com/asal-muasal-perayaan-maulid-nabi/

0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

MERINDUKAN BULAN DI UJUNG PEKATNYA LAMUNAN MALAM

 [Bintang] Bagaikan Pungguk Merindukan Bulan Aku Rindu
aku adalah pungguk
mengelam dan menghiba
rinduku terpuruk
diabaikan bulan dan cinta

tatapan-tatapan kosong
asa yang melompong
gundah yang tercipta
keluar semua dari rasa
hati dan aku berteriak
apakah aku tak ada arti
hingga tidurmu bisa nyenyak
hilangkan aku dari mimpi

aku adalah pungguk
hanya bisa menatap
dan selalu berharap
cercahan cahayamu kupeluk

ah.. pelukanku cuma bayangan
tak mungkin jadi nyata
karena dikau adalah bulan
sedangkan aku pungguk maya

Kerinduan Bintang

rasa malam mengelam bintang
tanpa bayang yang tersayang
pucuk merindu, hati kukenang
kupeluk rindu yang berdentang

tertari senyum dalam hati
terkenang kisah kasih sejati
antara kau, aku, sunyi
cinta menaut penuh misteri

sama kita rasakan cinta
dalam cahaya dan kalbu
walau semua cuma maya
merindu hati kala bisu

sinari bintang, bulanku sayang
agar terbongkar rasa rindu
dan malam kembali terang
dalam hitam kutunggu selalu 


0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

CINTA YANG TAK TERSAMPAIKAN


Cinta yang Tak Tersampaikan

Haiii,namaku Ichie .Aku bersekolah di SMA HARAPAN BANGSA, sebuah SMA yang cukup terkenal di Yogya, Saya termasuk siswi favorit di SMA ini karena saya banyak menunjukkan prestasi-prestasi selama bersekolah di SMA ini.
Saya mempunyai banyak teman di sekolah ini, terutama di kelas saya yaitu kelas XII IPA 1. Namun ada dua orang yang paling akrab yaitu Lucia dan Chris . Banyak yang mengatakan bahwa Chris menaruh perasaan terhadapku,tapi karena saya sangat benci jatuh cinta terhadap sahabat sendiri jadi saya tidak terlalu memusingkan itu.
Namun bukan karena itu sebenarnya alasan saya tapi karena saya telah jatuh cinta kepada seorang cowok bernama Jason. Dia sekelas denganku , saya telah mencintainya selama 2 tahun . Ya,saya dan dia telah kenal selama 2 tahun dan sejak saat itu saya langsung menyukainya. Saya menyukainya karena dia adalah tipe cowok idaman setiap wanita.
Walaupun dia tidak terlalu tampan tapi dia baik, pintar, dan berprestasi.Tak heran banyak yang mengidolakannya.Saya juga cukup akrab dengannya. Saya kadang-kadang heran dengan cewek yang pernah pacaran dengannya , namanya Christy. Dia tega membuat Jason patah hati. Dia memutuskan Jason tanpa sebab,seharusnya aku senang tapi aku kasihan melihat Jason sedih terus menerus.ingin rasanya aku menghiburnya dan mengatakan bahwa aku siap menjadi pengganti cewek itu. Tapi aku takut nanti dia akan tahu bahwa aku mencintainya, jadi biarkan saja.
Suatu hari disekolah ..
“Haii Chie koq terlambat?” seru Lucy.
”Oh gak apa2 tdi bngun kesiangan!”jawabku sambil tersenyum.
Hari itu aku duduk dengan temanku yang bernama Nael, aku menceritakan rahasia itu kepadanya.
Spontan dia terkejut.”apa ?kmu suka sma Jason?gmna bisa?”pekik Nael. ”ssttt jangan keras-keras nanti Jason dengar!”bisikku.
”uhmmm dri kpan sihh Chie?”Tanya Nael.
”dari kelas 2”jawabku.
”koq nggak bilang dari dulu sih,kan aku bisa nyomblangin kalian!”seru Nael.
“aku kan malu EL..”gumamku.”jangan bilang m dia ya..”tambahku.
Besoknya aku duduk di depan Jason hatiku senang sekali bisa dekat dengannya.”Chie penyelesaian nomor 3 gmna sihh ?”Tanya Jason.
Karena aku sedang melamun, aku tak tahu bahwa dia sedang berbicara kepadaku.”Chie,kmu knpa sihh?”seru Jason sambil memegang tanganku.
”ehh,apa kamu bilang?”jawabku.Dalam hati kusenang sekali.
Cara penyelesaian nomor 3 gmna?”tanya Jason.
”Begini…..”lalu aku menjelaskan kepadanya.
Saat pulang sekolah,di depan gerbang aku melihat Jason sedang berdiri sambil minum es kelapa muda.Lalu aku lewat didepannya sambil tersenyum manis.
”hy Jason !”sapaku.
”ehh Ichie,baru pulang yaa?”sambut Jason.
“Iya emangnya kenapa?” Tanyaku.
“nggak sihh,boleh nggak aku nganterin kamu?”sambil garuk-garuk kepala yg tidak terasa gatal.

Cinta yang Tak Tersampaikan

Aku terkejut,dan menjawab dengan gugup karena malu”ehmm,boleh !”
“tunggu sini ya,aku mau ambil motorku dulu yaa”seru Jason sambil beranjak meninggalkan aku.
“Chie yuk kita pulang!”seru Lucy dan Chris.
“Sorry guys aku mau pulang bareng Jason,dia mau nganterin aku!”jawabku sambil senyum-senyum.
“what? Jason mau nganterin kamu?nggak salah tuh?”Tanya Lucy
“Iya, emangnya kenapa?”jawabku.
“wuiihh, dahh jdian yaa!”sambar Chris.
“nggak kok.”seruku sambil tertawa.
“maaf yaa,kamu psti udah nunggu lama!”kata Jason dengan wajah menyesal.
”gak apa2 kok,yuk kita jalan !”seruku sambil menarik tangan Jason.
”Lucy, Chris aku duluan yaa!”teriakku sambil melambaikan tangan.
“iya hati-hati yaa .”kata Lucy samba melambaikan tangannya juga kearahku.
“pegangan yaa Chie !!”seru Jason.
Aku pun memeluk memeluk pinggang Jason.
Setelah lama berjalan aku baru sadar,bahwa dari tadi kok kami belum nyampe ke rumahku.
“hei Jason rumahku udah kelewat tuh!”seruku.
“aku sengaja kok,aku pengen bawa kamu ke suatu tempat! Nggak apa-apa kan?”Tanya Jason.
Apa dia mau ngajak aku jalan.”iya nggak apa-apa!”jawabku sambil tersenyum lebar.
Sampai di sebuah restoran mewah,dia mengajakku masuk.”yuk,masuk”kata Jason sambil menarik lenganku.
“saya pesan Nasi , Udang goreng ,Kepiting rebus,dan Jus jeruk.Masing-masing dua porsi yaa!”pesan Jason kepada pramusaji.
“kok banyak banget sih?”Tanyaku kepada Jason.
“nggak apa-apa kan!”jawab dia sambil mencubit pipiku.
“emangnya ada apa sih ampe kamu ngajak aku kesini?”tanyaku.
“aku mau ngomong sesuatu ama kamu !”seru Jason sambil memegang tanganku.
Jantungku berdegup kencang,setelah lama terdiam aku bertanya”apa ?”
“Chie kamu pasti tahu apa yang pengen aku bicarakan ama kamu?”seru Jason
Dalam hati aku berpikir”pasti dia mau nembak aku.”
”Aku mau kamu bantuin aku buat ngedapetin Christy lagi..”kata Jason.
Oh tuhan ternyata dia tidak suka ama aku,ternyata dia masih suka ama Christy. Hatiku rasanya hancur berkeping-keping.
“please, bantuin aku ya..”kata Jason setengah memaksa.
Akhirnya dengan berat hati aku menjawab”oke,aku bakal bantuin kamu!”
“makasih Chie kamu memang sahabat aku yang paling baik.”seru Jason sambil mengecup pipiku.
Dalam hati aku menangis, buat apa penantianku selama ini kalau ternyata Jason masih menyukai Christy.
Malamnya aku berdoa”Ya tuhan berikanlah aku kekuatan agar dapat melewati ujian ini,kuatkanlah aku supaya tidak jatuh walaupun kenyataannya aku sudah jatuh.Amien..”
Esoknya di sekolah Jason menagih janjiku”Hei Chie,ayo bantu jalanin rencanaku ya?”sambut Jason.

sumber: http://www.lokerseni.web.id/2012/05/cerpen-cinta-cinta-yang-tak.html?m=0


0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

IMAN, ISLAM DAN IHSAN


Dari Umar rodhiyallohu’anhu juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata: ”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata: ”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.” (Beliau) mejawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab: ”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(HR. Muslim).
Kedudukan Hadits
Materi hadits ke-2 ini sangat penting sehingga sebagian ulama menyebutnya sebagai “Induk sunnah”, karena seluruh sunnah berpulang kepada hadits ini.
Islam, Iman, dan Ihsan
Dienul Islam mencakup tiga hal, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Islam berbicara masalah lahir, iman berbicara masalah batin, dan ihsan mencakup keduanya.
Ihsan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari iman, dan iman memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Islam. Tidaklah ke-Islam-an dianggap sah kecuali jika terdapat padanya iman, karena konsekuensi dari syahadat mencakup lahir dan batin. Demikian juga iman tidak sah kecuali ada Islam (dalam batas yang minimal), karena iman adalah meliputi lahir dan batin.
Perhatian!
Para penuntut ilmu semestinya paham bahwa adakalanya bagian dari sebuah istilah agama adalah istilah itu sendiri, seperti contoh di atas. 
Iman Bertambah dan Berkurang
Ahlussunnah menetapkan kaidah bahwa jika istilah Islam dan Iman disebutkan secara bersamaan, maka masing-masing memiliki pegerttian sendiri-sendiri, namun jika disebutkan salah satunya saja, maka mencakup yang lainnya. Iman dikatakan dapat bertambah dan berkurang, namun tidaklah dikatakan bahwa Islam bertambah dan berkurang, padahal hakikat keduanya adalah sama. Hal ini disebabkan karena adanya tujuan untuk membedakan antara Ahlussunnah dengan Murjiáh. Murjiáh mengakui bahwa Islam (amalan lahir) bisa bertambah dan berkurang, namun mereka tidak mengakui bisa bertambah dan berkurangnya iman (amalan batin). Sementara Ahlussunnah meyakini bahwa keduanya bisa bertambah dan berkurang.
Istilah Rukun Islam dan Rukun Iman
Istilah “Rukun” pada dasarnya merupakan hasil ijtihad para ulama untuk memudahkan memahami dien. Rukun berarti bagian sesuatu yang menjadi syarat terjadinya sesuatu tersebut, jika rukun tidak ada maka sesuatu tersebut tidak terjadi.Istilah rukun seperti ini bisa diterapkan untuk Rukun Iman, artinya jika salah satu dari Rukun Iman tidak ada, maka imanpun tidak ada. Adapun pada Rukun Islam maka istilah rukun ini tidak berlaku secara mutlak, artinya meskipun salah satu Rukun Islam tidak ada, masih memungkinkan Islam masih tetap ada.
Demikianlah semestinya kita memahami dien ini dengan istilah-istilah yang dibuat oleh para ulama, namun istilah-istilah tersebut tidak boleh sebagai hakim karena tetap harus merujuk kepada ketentuan dien, sehingga jika ada ketidaksesuaian antara istilah buatan ulama dengan ketentuan dien, ketentuan dien lah yang dimenangkan.
Batasan Minimal Sahnya Keimanan
1. Iman kepada Allah.
Iman kepada Allah sah jika beriman kepada Rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, dan asma’ dan sifat-Nya.
2. Iman kepada Malaikat.
Iman kepada Malaikat sah jika beriman bahwa Allah menciptakan makhluk bernama malaikat sebagai hamba yang senantiasa taat dan diantara mereka ada yang diperintah untuk mengantar wahyu.
3. Iman kepada Kitab-kitab.
Iman kepada kitab-kitab sah jika beriman bahwa Allah telah menurunkan kitab yang merupakan kalam-Nya kepada sebagian hambanya yang berkedudukan sebagai rasul. Diantara kitab Allah adalah Al-Qurán.
4. Iman kepada Para Rasul.
Iman kepada para rasul sah jika beriman bahwa Allah mengutus kepada manusia sebagian hambanya mereka mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada manusia, dan pengutusan rasul telah ditutup dengan diutusnya Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam.
5. Iman kepada Hari Akhir.
Iman kepada Hari Akhir sah jika beriman bahwa Allah membuat sebuah masa sebagai tempat untuk menghisab manusia, mereka dibangkitkan dari kubur dan dikembalikan kepada-Nya untuk mendapatkan balasan kebaikan atas kebaikannya dan balasan kejelekan atas kejelekannya, yang baik (mukmin) masuk surga dan yang buruk (kafir) masuk neraka. Ini terjadi di hari akhir tersebut.
6. Iman kepada Taqdir.
Iman kepada taqdir sah jika beriman bahwa Allah telah mengilmui segala sesuatu sebelum terjadinya kemudian Dia menentukan dengan kehendaknya semua yang akan terjadi setelah itu Allah menciptakan segala sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya.
Demikianlah syarat keimanan yang sah, sehingga dengan itu semua seorang berhak untuk dikatakan mukmin. Adapun selebihnya maka tingkat keimanan seseorang berbeda-beda sesuai dengan banyak dan sedikitnya kewajiban yang dia tunaikan terkait dengan hatinya, lesannya, dan anggota badannya.
Taqdir Buruk
Buruknya taqdir ditinjau dari sisi makhluk. Adapun ditinjau dari pencipta taqdir, maka semuanya baik.
Makna Ihsan
Sebuah amal dikatakan hasan cukup jika diniati ikhlas karena Allah, adapun selebihnya adalah kesempurnaan ihsan. Kesempurnaan ihsan meliputi 2 keadaan:
1. Maqom Muraqobah yaitu senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap aktifitasnya, kedudukan yang lebih tinggi lagi.
2. Maqom Musyahadah yaitu senantiasa memperhatikan sifat-sifat Allah dan mengaitkan seluruh aktifitasnya dengan sifat-sifat tersebut.

sumber: http://www.agussuwasono.com/resources/islamic-references/hadits-arbain/70-hadits-arbain-2-iman-islam-dan-ihsan.html

0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

IKHLAS

Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)[1]
Kedudukan Hadits
Materi hadits pertama ini merupakan pokok agama. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Ada Tiga hadits yang merupakan poros agama, yaitu hadits Úmar, hadits Aísyah, dan hadits Nu’man bin Basyir.” Perkataan Imam Ahmad rahimahullah tersebut dapat dijelaskan bahwa perbuatan seorang mukallaf bertumpu pada melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Inilah halal dan haram. Dan diantara halal dan haram tersebut ada yang mustabihat (hadits Nu’man bin Basyir). Untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan dibutuhkan niat yang benar (hadits Úmar), dan harus sesuai dengan tuntunan syariát (hadits Aísyah).

Setiap Amal Tergantung Niatnya
Diterima atau tidaknya dan sah atau tidaknya suatu amal tergantung pada niatnya. Demikian juga setiap orang berhak mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya dalam beramal. Dan yang dimaksud dengan amal disini adalah semua yang berasal dari seorang hamba baik berupa perkataan, perbuatan maupun keyakinan hati.

Fungsi Niat
Niat memiliki 2 fungsi:
1. Jika niat berkaitan dengan sasaran suatu amal (ma’bud), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara amal ibadah dengan amal kebiasaan.
2. Jika niat berkaitan dengan amal itu sendiri (ibadah), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara satu amal ibadah dengan amal ibadah yang lainnya.

Pengaruh Niat yang Salah Terhadap Amal Ibadah
Jika para ulama berbicara tentang niat, maka mencakup 2 hal:
1. Niat sebagai syarat sahnya ibadah, yaitu istilah niat yang dipakai oleh fuqoha’.
2. Niat sebagai syarat diterimanya ibadah, dengan istilah lain: Ikhlas.
Niat pada pengertian yang ke-2 ini, jika niat tersebut salah (tidak Ikhlas) maka akan berpengaruh terhadap diterimanya suatu amal, dengan perincian sebagai berikut:
a. Jika niatnya salah sejak awal, maka ibadah tersebut batal.
b. Jika kesalahan niat terjadi di tengah-tengah amal, maka ada 2 keadaan:
- Jika ia menghapus niat yang awal maka seluruh amalnya batal.
- Jika ia memperbagus amalnya dengan tidak menghapus niat yang awal, maka amal tambahannya batal.
c. Senang untuk dipuji setelah amal selesai, maka tidak membatalkan amal. 
Beribadah dengan Tujuan Dunia
Pada dasarnya amal ibadah hanya diniatkan untuk meraih kenikmatan akhirat. Namun terkadang diperbolehkan beramal dengan niat untuk tujuan dunia disamping berniat untuk tujuan akhirat, dengan syarat apabila syariát menyebutkan adanya pahala dunia bagi amalan tersebut. Amal yang tidak tercampur niat untuk mendapatkan dunia memiliki pahala yang lebih sempurna dibandingkan dengan amal yang disertai niat duniawi.

Hijrah
Makna hijrah secara syariát adalah meninggalkan sesuatu demi Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah artinya mencari sesuatu yang ada disisi-Nya, dan demi Rasul-Nya artinya ittiba’ dan senang terhadap tuntunan Rasul-Nya.
Bentuk-bentuk Hijrah:
1. Meninggalkan negeri syirik menuju negeri tauhid.
2. meninggalkan negeri bidáh menuju negeri sunnah.
3. Meninggalkan negeri penuh maksiat menuju negeri yang sedikit kemaksiatan.
Ketiga bentuk hijrah tersebut adalah pengaruh dari makna hijrah.
sumber : http://www.agussuwasono.com/resources/islamic-references/hadits-arbain/69-hadits-arbain-1-ikhlas.html

0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

SEJARAH PENDIRIAN ASSKAR



Menjelang Ramadhan tahun 1990 M, Ali Musthofa (Putra Almarhum Ust. Hamam Munaji) pulang dari Pondok Modern Gontor karena liburan akhir tahun. Saat itu dia masih duduk di kelas III intensif yang baru dua tahun menjadi santri di Pondok Modern Gontor. Sepulang dari Gontor, Ali Musthofa melihat sesuatu yang kurang di PonPes Attanwir, yakni kesenian santri Attanwir kurang tergali. Ali Musthofa berinisiatif menggali potensi kesenian santri Attanwir ini dengan membuka kursus kaligrafi dan menulis khot.

Mula-mula, Ali Mushtofa menggaet minat calon peserta kursus kaligrafi dan menulis khot dengan membuat pengumuman dalam mading seukuran triplek. Alhasil 50 orang santri putra dan putri mendaftar sebagai peserta kursus. Peserta yang mendaftar ini kemudian diberikan wawasan penulisan serta tekhnik kaligrafi dan khot secara klasikal oleh Ali Musthofa setiap hari jam 10.30-11.30 WIB.

Pengajaran terus berlangsung dan organisasi akan dibentuk, sedangkan kegiatan kursus ini membutuhkan nama sebagai itihadnya. Dilakukanlah diskusi sehingga memunculkan dua opsi nama, yaitu Asskar (Assosiasi Kaligrafer Attanwir) dan Pessat (Pecinta seni santri attanwir). Nama "Asskar" kemudian dipilih oleh Ali Musthofa karena lebih baik. Sebagai identitas Asskar dibuatlah kaos dengan tulisan tangan “Asskar” di depannya, serta prakarya diantaranya berupa kartu lebaran yang juga diperjual belikan. Tempat workshop Asskar pada waktu itu ditempatkan di ruang pondok utara masjid.

Menjelang libur hari raya, dibentuklah kepengurusan pertama serta pembuatan mading yang pertama kalinya. Pengurus periode pertama tersebut adalah:

Pembimbing
Ust. Ahmad Fuad Sahal
Ali Musthofa Hammam
 
Ketua
Muhajir, Kalitidu
Siti Kumala, Kalitidu 

Sekertaris
Ahmad Suntarip, Banjaranyar
Siti Nur Atiqoh, Caruban 

Bendahara
Bunari, Jatigede
Siti Muslihah, Kalitidu

Bulan ampunan Romadhon 1990 M telah usai, dan masuk bulan Syawwal, Ali Musthofa harus kembali ke Gontor untuk menuntut ilmu maka organisasi ini kemudian di jalankan oleh pengurus. 

Berikut Momen Asskar

Tahun 1995-1997,  disebut juga Masa kejayaan Asskar. 

Tahun 1995, Awal mula di wajibkan note book untuk para anggota

Tahun 1996, Awal mula adanya art gallery, di rumah Mbah Tohiroh, timur pondok putri di utara MI Attanwir. Momen: Beberapa kali ikut pameran Agustusan di Kecamatan Sumberrejo dan Kecamatan Baureno. Pameran paling jauh di Kota Sidoarjo. 

Tahun 2002, Masa berduka, karena beberapa pengurus Asskar yang juga menjadi panitia Haul KH. Sholeh ke- 70 mengalami musibah. Waktu itu pagi hari ketika 6 orang pengurus Asskar hendak mengambil beberapa dus air mineral dengan becak untuk keperluan acara haul, tiba-tiba dari arah belakang ada mobil boks oleng dan menabrak becak yang di bawa pengurus ini. Dua pengurus wafat, tiga orang luka parah sedangkan satu orang selamat yakni ketua Asskar Hafidz asal desa gumelem.

Tahun 2007-2008, Masa studi banding Asskar terjauh dari sebelumnya yakni pada periode ketua Asskar M. Ismail yang mengadakan studi banding ke Gontor, Yogyakarta dan Jakarta. 

Tahun 2009-2010, Masa kebangkitan Asskar baru yang ditandai dengan studi banding ke Gontor untuk kedua kalinya dan pembagian 5 divisi Asskar yaitu : Divisi Kaligrafi, Letter, Lukis, Teater, dan Kerajinan Tangan. Perombakan sistem serta perubahan logo juga termasuk dalam revolusi Asskar baru ini.

0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan

TENTANG RUJU'

 


وَ اْلمُطَلَّقتُ يَتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلثَةَ قُرُوْءٍ، وَ لاَ يَحِلُّ لَهُنَّ اَنْ يَّكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللهُ فِيْ اَرْحَامِهِنَّ اِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلاخِرِ، وَ بُعُوْلَتُهُنَّ اَحَقُّ بِرَدّهِنَّ فِيْ ذلِكَ اِنْ اَرَادُوْا اِصْلاَحًا. البقرة:228
Wanita-wanita yang dithalaq hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. [QS. Al-Baqarah : 228]
الطَّلاَقُ مَرَّتنِ فَاِمْسَاكٌ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ. البقرة:229
Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. [QS. Al-Baqarah 229]
وَ اِذَا طَلَّقْتُمُ النّسَآءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ سَرّحُوْهُنَّ بِمَعْرُْوفٍ، وَ لاَ تُمْسِكُوْهُنَّ ضِرَارًا لّتَعْتَدُوْا. البقرة:231
Apabila kamu menthalaq istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhiriddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. [QS. Al-Baqarah 231]
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رض اَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ يُطَلّقُ ثُمَّ يُرَاجِعُ وَ لاَ يُشْهِدُ. فَقَالَ: اَشْهِدْ عَلَى طَلاَقِهَا وَ عَلَى رَجْعَتِهَا. ابو داود هكذا موقوفا، و سنده صحيح
Dari ‘Imran bin Hushain RA, bahwasanya ia ditanya tentang laki-laki yang menthalaq istrinya, kemudian merujukinya dengan tanpa saksi, ia berkata, “Hendaklah kamu saksikan pada thalaqnya dan pada rujuknya. [Demikian diriwayatkan oleh Abu Dawud, mauquf dan sanadnya shahih]
و اخرجه البيهقى بلفظ: اَنَّ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رض سُئِلَ عَمَّنْ رَاجَعَ امْرَأَتَهُ، وَ لَمْ يُشْهِدْ، فَقَالَ: فِى غَيْرِ سُنَّةٍ فَلْيُشْهِدِ اْلآنَ. و زاد الطبرانى فى رواية: وَ يَسْتَغْفِرِ اللهَ.
Dan Baihaqi meriwayatkan dengan lafadh : BahwasanyaImran bin Hushain RA ditanya tentang laki-laki yang merujuki istrinya dengan tanpa saksi, ia berkata, “Ia tidak menurut sunnah, maka sekarang ia harus bersaksi”. Dan dalam sebuah riwayat, Thabrani menambahkan, “Dan hendaklah ia minta ampun kepada Allah”.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض اَنَّهُ لَمَّا طَلَّقَ امْرَأَتَهُ قَالَ النَّبِيُّ ص لِعُرَ: مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا. البخارى و مسلم
Dari IbnuUmar RA bahwasanya ketika ia mencerai istrinya (dalam keadaan haidl), Nabi SAW bersabda kepadaUmar, “Suruhlah ia agar merujuki istrinya. [HR. Bukhari dan Muslim]
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ اَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ يُطَلّقُ امْرَأَتَهُ ثُمَّ يَقَعُ بِهَا وَ لَمْ يُشْهِدْ عَلَى طَلاَقِهَا وَ لاَ عَلَى رَجْعَتِهَا، فَقَالَ: طَلَّقْتَ لِغَيْرِ سُنَّةٍ وَ رَاجَعْتَ لِغَيْرِ سُنَّةٍ، اِشْهَدْ عَلَى طَلاَقِهَا وَ عَلَى رَجْعَتِهَا وَ لاَ تَعُدْ. ابو داود و ابن حبان و لم يقل و لا تعد
Dari ‘Imran bin Hushain bahwa ia pernah ditanya tentang laki-laki yang menthalaq istrinya kemudian ia tetap mencampurinya, sedang ia ketika menthalaq itu tidak ada saksinya, demikian pula rujuknya. Kemudian ia menjawab, “Kamu menthalaq tidak menurut sunnah (Nabi) dan merujuk (juga) tidak menurut sunnah. Adakanlah saksi ketika menthalaq dan merujuk dan janganlah kamu ulangi (perbuatan seperti itu). [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, sedang Ibnu Majah tidak berakata, “Jangan kamu ulangi”.]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: جَاءَتِ امْرَأَةُ رِفَاعَةَ اْلقُرَظِيّ اِلَى النَّبِيّ ص فَقَالَتْ: كُنْتُ عِنْدَ رِفَاعَةَ، فَطَلَّقَنِى فَبَتَّ طَلاَقِى، فَتَزَوَّجْتُ بَعْدَهُ عَبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ الزُّبَيْرِ، وَ اِنَّمَا مَعَهُ مِثْلُ هَدْبَةِ الثَّوْبِ، فَقَالَ: اَتُرِيْدِيْنَ اَنْ تَرْجِعِى اِلَى رِفَاعَةَ؟ لاَ حَتَّى تَذُوْقِى عُسَيْلَتَهُ وَ يَذُوْقَ عُسَيْلَتَكِ. الجماعة
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Istri Rifa’ah Al-Quradhiy pernah datang kepada Nabi SAW, lalu berkata, “Aku fulu menjadi istri Rifa’ah, kemudian ia menthalaqku thalaq tiga, kemudian sesudah itu aku kawin dengan ‘Abdurrahman bin Zubair, sedang apa yang ada padanya seperti ujung pakaian”. Kemudian Nabi SAW bertanya, “Apakah kamu ingin kembali kepada Rifa’ah ? Tidak boleh, sehingga kamu merasakan madunya dan dia merasakan madumu. [HR. Jama’ah]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَلْعُسَيْلَةُ هِيَ اْلجِمَاعُ. احمد و النسائى
Dari ‘Aisyah bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Yang dimaksud madu itu ialah jima’ “. [HR. Ahmad dan Nasai]
Keterangan :
1.  Bekas istri yang boleh dirujuki adalah yang baru dithalaq dua kali.
2.  Bekas istri yang sudah dithalaq tiga kali tidak boleh dirujuki, kecuali apabila bekas istri tadi sudah kawin dengan laki-laki lain dan sudah dikumpuli, kemudian dithalaq oleh suami yang kedua tersebut dan sesudah habis masaiddahnya.
3.  Adapun cara rujuk adalah dengan nikah lagi, dengan alasan karena ikatan nikah yang dulu sudah putus karena thalaq. Namun demikian ada pula ulama yang berpendapat apabila rujuknya itu masih di dalam masaiddah, tidak perlu dengan nikah lagi, dengan alasan “Dan suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. [Al-Baqarah : 228], Walloohu a’lam.

sumber: http://1001hadits.blogspot.com/2012/01/42-tentang-ruju.html

0 komentar:

Silahkan Komentar Tapi Yang Sopan, Kami Pasti Segan